Sabtu, 27 Maret 2010

Proposal Penelitian Kuasi Eksperimen

PENGARUH PENGGUNAAN MODUL TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
(Studi kuasi eksperimen terhadap siswa kelas VIII semester 2 di Sekolah Menengah Pertama)

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut Robiyanto (2009) menyatakan bahwa pembelajaran menjadi salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan. Hal ini disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa akan kaya dengan teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi lemahya proses pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran siswa baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Masih ada guru yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi menuntut jawaban yang persis seperti yang guru jelaskan; dengan kata lain, siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
Faktor-faktor yang bersifat internal, dari siswa itu sendiri, mencakup motivasi, kemampuan awal, kemampuan belajar mandiri, dan kesenjangan belajar (learning gap). Motivasi yang rendah ditandai dengan cepatnya mereka merasa bosan, berekspektasi instan (quick yielding), sukar berkonsentrasi, tidak dapat mengatur waktu, dan malas mengerjakan pekerjaan rumah. Kemampuan awal yang lemah ditandai dengan sulitnya mereka mencerna pelajaran (termasuk sulit memahami buku teks), sulit memahami tugas-tugas, dan tidak menguasai strategi belajar. Kesenjangan belajar yang cukup besar terjadi antara: a) hafalan dengan pemahaman, b) pemahaman dengan kompetensi, c) kompetensi dengan kemauan untuk melakukan, d) kemauan untuk melakukan dengan benar-benar melakukan, dan e) benar-benar melakukan dengan menghasilkan perubahan secara terus-menerus. (Dikti, 2009)
Lemahnya kualitas pembelajaran sebenarnya berlaku untuk semua mata pelajaran. Begitupun dengan proses pembelajaran mata pelajaran TIK, terbatasnya fasilitas media pendukung yang merupakan komponen dalam system pembelajaran khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran TIK menjadi hal yang perlu diperhatikan. Dan masalah ini menjadi salah satu factor lemahnya proses pembelajaran tersebut. Menurut Robiyanto (2009) dalam mata pelajaran TIK, siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sistematis, karena strategi dan media pembelajaran tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa hanya diajar bagaimana menghafal teori dalam konsep TIK, tidak diajar bagaimana siswa memahami konsep TIK dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, agar mereka memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, berpikir kreatif, kritis, inovatif dan sistematis.
Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh kepada guru dalam hal memilih varian sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Juri, M.Pd (Madura, 2008 dalam Dewanto S) yang mengatakan ketidak variatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuaan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan computer disertai bahan ajar panduannya. Seperti alasan-alasan yang umum disampaikan oleh para guru, misalnya tidak ada fasilitas komputer di sekolah, fasilitas yang tidak lengkap dikarenakan tidak ada dana untuk pengadaan, dan terlebih-lebih sikap guru yang kurang pro aktif dalam menghadapi kemajuan TIK.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi lemahnya pembelajaran adalah dengan membuat dan mengembangkan media penyampai materi atau media pembelajaran baik itu media utama maupun media pendukung. Dengan alasan tersebut guru dituntut untuk bisa berpikir kreatif menumpahkan pemikirannya ke dalam sebuah bentuk media. Media mempunyai peranan yang cukup besar dalam proses pembelajaran, karena pembelajaran merupakan suatu sistem yang mengandung komponen-komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metode, media, dan evaluasi.
Media pembelajaran sangat beraneka ragam bentuk dan macamnya. Salah satu bentuk media pembelajaran adalah modul. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan (2008), modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Artinya, pembaca dapat melakukan kegiatan belajar tanpa kehadiran pengajar secara langsung. Modul dijadikan sebagai alat pembantu dalam penyampaikan materi pada mata pelajaran TIK agar siswa dapat belajar secara mandiri dan dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang berfokuskan pada penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari siswa dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Tujuan pembelajaran menggunakan modul adalah untuk mengurangi keragaman kecepatan belajar siswa melalui kegiatan belajar mandiri.
Hal ini mengacu pada prinsip tujuan pembelajaran, yaitu agar siswa berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu semester. Di samping pengorganisasian materi pembelajaran yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut modul. (I Wayan S, 2009)
Modul merupakan salah satu alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Penggunaan modul didasarkan pada fakta bahwa jika siswa diberikan waktu dan kondisi belajar memadai maka akan menguasai suatu kompetensi secara tuntas. Bila siswa tidak memperoleh cukup waktu dan kondisi memadai, maka ketuntasan pelajaran akan dipengaruhi oleh derajat pembelajaran. Kesuksesan belajar menggunakan modul tergantung pada kriteria siswa didukung oleh pembelajaran tutorial. Kriteria tersebut meliputi ketekunan, waktu untuk belajar, kadar pembelajaran, mutu kegiatan pembelajaran, dan kemampuan memahami petunjuk dalam modul. (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008).
Dengan digunakannya modul sebagai media pendukung atau bahan ajar cetak dalam proses pembelajaran mata pelajaran TIK di sekolah diharapkan dapat meningkat kualitas pembelajaran dan memaksimalkan pencapaian komptensi dasar mata pelajaran TIK. Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa dalam rangka menguasai standar kompetensi mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dipilih dari yang tercantum dalam standar isi.
Sebelum menentukan atau memilih kompetensi dasar, terlebih dahulu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran tertentu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan kompetensi dasar.
b. keterkaitan antarstandar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran. (Depdiknas, 2008)
Komptensi dasar mata pelajaran TIK yang telah ditetapkan harus bisa tercapai dengan kualitas dan kuantitas yang maksimal. Kaitannya dengan mata pelajaran TIK tersebut, dalam penelitian ini penulis memilih mata pelajaran TIK kelas VIII SMP sebagai bahan kajian yang akan diteliti. Atas dasar pemikiran di atas, peneliti mencoba mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan modul terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK pada siswa kelas VIII semester 2 di Sekolah Menengah Pertama.
B. Perumusan Masalah
Secara umum masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : bagaimana efektivitas penggunaan modul terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK siswa kelas VIII di SMP.
Adapun rumusan masalah secara khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efektivitas penggunaan modul dalam mata pelajaran TIK oleh siswa kelas VIII SMP untuk mencapai kompetensi dasar penggunaan menu dan ikon pokok perangkat lunak pengolah angka ?
2. Bagaimana efektivitas penggunaan modul dalam mata pelajaran TIK oleh siswa kelas VIII SMP untuk mencapai kompetensi dasar pembuatan dokumen pengolah angka sederhana ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran bagaimana efektivitas penggunaan modul terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK siswa kelas VIII di SMP.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan dilaksanakanya penelitian ini adalah :
a. Mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai efektivitas penggunaan modul dalam mata pelajaran TIK oleh siswa kelas VIII SMP untuk mencapai kompetensi dasar penggunaan menu dan ikon pokok perangkat lunak pengolah angka.
b. Mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai efektivitas penggunaan modul dalam mata pelajaran TIK oleh siswa kelas VIII SMP untuk mencapai kompetensi dasar pembuatan dokumen pengolah angka sederhana.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
Adanya penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pendorong untuk para guru mengembangkan ide kreatifnya dalam membuat modul mata pelajaran TIK untuk keperluan pembelajaran.
2. Bagi Sekolah
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat mengetahui kualitas pembelajaran mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi yang diselenggarakan di sekolah dan menjadikan modul sebagai salah satu bahan ajar alternatif dalam proses pembelajaran.
3. Bagi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberi masukkan kepada para penulis modul untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan modul. Memberikan sumbangan pemikiran dalam peningkatan kemampuan mengembangkan bahan ajar modul.

4. Bagi Peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberi dan menambah wawasan keilmuan secara teoritis dan praktis tentang penggunaan modul dalam pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK di SMP.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan wacana tambahan bagi peneliti selanjutnya secara teoritis dan praktis tentang penggunaan modul dalam pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK di SMP.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan perlu dijelaskan secara operasional beberapa istilah berikut :
1. Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah modul mata pelajaran TIK kelas VIII SMP. Modul dalam penelitian ini berkedudukan atau berperan sebagai suplemen pembelajaran yang berfungsi atau sebagai salah satu sumber belajar pembelajaran dan/atau media pembelajaran untuk membantu proses pembelajaran mata pelajaran TIK.
2. Pengaruh Penggunaan Modul
Maksud dari istilah pengaruh penggunaan modul dalam penelitian ini adalah efektivitas penggunaan modul terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK di SMP, sehingga dalam rumusan masalah dan yang lainnya yang mempunyai hubungan dan keterkaitan menggunakan istilah efektivitas. Menurut Riki Hermawan (2006), efektivitas merupakan derajat pengaruh penggunaan suatu metode yang diajukan untuk meningkatkan kemampuan siswa (derajat ketercapaian suatu tujuan sebagai hasil proses interaksi yang dirancang sebelumnya). Efektivitas dalam penelitian ini tentunya menjadi acuan tolak ukur melihat pengaruh penggunaan modul tersebut.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005). Pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran mata pelajaran TIK di kelas VIII SMP. Pembelajaran dalam kelas eksperimen menggunakan modul, sedangkan pembelajaran dalam kelas control menggunakan metode pembelajaran konvensional yang biasanya digunakan oleh guru dengan bantuan LCD, buku teks dan LKS.
4. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa dalam rangka menguasai standar kompetensi mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar yang dipilih dalam penelitian ini adalah komptensi dasar mata pelajaran TIK dan yang dijadikan sebagai bahan untuk modul dan pencapaian kompetensi dasar adalah kompetensi dasar penggunaan menu dan ikon pokok yang terdapat dalam perangkat lunak pengolah angka dan kompetensi dasar pembuatan dokumen pengolah angka sederhana.
5. Mata Pelajaran TIK
Mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi adalah salah satu mata pelajaran keterampilan yang mempelajari pengolahan data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu. Dalam penelitian ini mata pelajaran TIK yang dimaksudkan adalah mata pelajaran TIK kelas VIII SMP.
F. Landasan Teori
1. Pembelajaran Modul
a. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati & Mudjiono dalam Sagala, 2005).
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Surya, 2004 dalam Damajati KD,2009)….

G. Asumsi
Adapun yang menjadi asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siswa telah belajar beberapa kompetesi dasar mata pelajaran TIK sebelumnya.
2. Penguasaan materi tidak hanya didapatkan melalui proses hapalan dan teori, tetapi lebih baik siswa melakukan dan menerapkan secara langsung apa yang telah dipelajarinya.
3. Penggunaan bahan ajar modul dapat membantu memenuhi pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK.
4. Keterampilan pembuatan dokumen pengolah angka sederhana membutuhkan latihan yang intensif agar memenuhi pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK.
H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.(Sugiyono, 2007:64)
Berdasarkan apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, maka disusunlah hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Hipotesis Umum
H0 : Tidak terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
H1: Terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
2. Hipotesis Khusus
a. Hipotesis Pertama
H0 : Tidak terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata penggunaan menu dan ikon pokok perangkat lunak pengolah angka dalam pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
H1 : Terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata penggunaan menu dan ikon pokok perangkat lunak pengolah angka dalam pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
b. Hipotesis Kedua
H0 : Tidak terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pembuatan dokumen pengolah angka sederhana dalam pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
H1 : Terdapat perbedaan keefektivan secara signifikan terhadap pencapaian kompetensi dasar mata pembuatan dokumen pengolah angka sederhana dalam pelajaran TIK pada siswa yang belajar menggunakan modul.
I. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kuantitif. Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen. Bereksperimen berarti mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat suatu hasil, dan hasil itu akan menegaskan kedudukan perhubungan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki. (Surakhman, 1990 : 149 dalam Sandi Erlan 2006). Senada dengan Mohamad Ali menjelaskan bahwa :
Kuasi eksperimen hampir mirip dengan eksperimen sebenarnya, perbedaannya terletak pada penugasan subjek, yaitu kuasi eksperimen tidak dilakukan penugasan random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang sudah ada.
Hal ini memungkinkan pelaksanaan uji coba pada proses belajar mengajar dapat dirasakan alami oleh siswa, sehingga siswa merasa sedang belajar sebagaimana biasanya. Metode ini didasarkan juga oleh keterbatasan administrasi pada sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian.
Adapun desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini menggunakan tipe desain pretes-postes menggunakan kelompok control tanpa penugasan random (Nonequivalent control group design), yaitu desain yang didalamnya terdapat dua kelompok, satu kelompok eksperimen dan satu lagi kelompok control. Pada desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random (acak). Pengembangan desain ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre-test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (post-test) pada kelompok eksperimen sedangkan pada kelompok control yaitu hanya diberikan pretes dan postes saja tanpa adanya perlakuan yang diuji cobakan atau perlakuan yang dieksperimenkan.
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 T2

Variabel X : Perlakuan menggunakan modul
Variabel T1 : Pretes
T2 : Postes
J. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan subjek atau sekelompok subjek yang dipilih untuk mewakili seluruh anggota kelompok (dalam ukuran yang lebih besar) yang menjadi sasaran generalisasi kesimpulan yang diperoleh. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas VIII SMP.
Sampel merupakan bagian dari kelompok yang mewakili kelompok besar atau kelompok kecil bagian dari target populasi yang mewakili populasi dan secara nyata kita diteliti seta ditarik kesimpula Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik klaster random sampling (cluster random sampling). Menurut Moh. Ali (1992 : 59) menjelaskan bahwa:
Penyampelan klaster terdiri dari sekelompok anggota yang terhimpun pada gugusan (cluster), bukan anggota populasi yang diambil secara satu persatu (secara individual). Terlihat disini bahwa penyampelan klaster mengambil sekelompok individu, bukan mengambil secara individu anggota populasi menjadi sampel penelitian.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan di atas dengan metode yang digunakan yaitu kuasi eksperimen, maka peneliti menggunakan kelompok-kelompok yang telah ada untuk dijadikan sampel tanpa mengambil sampel secara individu dari anggota populasi, tetapi dalam bentuk kelas, hal ini dilakukan untuk menjaga kealamian sampel. Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas VIII A dan VIII B.

K. Instrument Penelitian
Alat atau instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes hasil belajar siswa (soal tes dan tugas pratek) dan instrument bukan tes yaitu berupa wawancara.
1. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.
Instrumen-instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan semua informasi yang dibutuhkan dan dikembangkan berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian. Kemudian instrumen terlebih dahulu dibahas dan dipertimbangkan kelayakannya untuk selanjutnya diuji cobakan agar memenuhi kriteria kesahihan dan keandalan.
L. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan wawancara. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moh. Ali (1992 : 83) bahwa “Tes hasil belajar adalah tes untuk mengukur kemampuan seseorang dalam suatu bidang tertentu yang diperoleh dari mempelajari bidang itu”. Adapun pembagian bentuk tes hasil belajar yang diberikan terdiri dari :
1. Bentuk tes objektif dengan empat pilihan jawaban, tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar ranah kognitif siswa atau apakah siswa telah mencapai kompetensi dasar mata pelajaran TIK yang tetapkan dalam mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebagai pretes dan postes. Instrument ini dibatasi pada aspek.
2. Bentuk skala penilaian dengan menggunakan skala sikap dengan jenis skala Likert. Tes ini digunakan untuk mengatahui hasil belajar ranah afektif siswa atau apakah siswa telah mencapai komptensi dasar mata pelajaran TIK yang telah ditetapkan dalam mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebagai pretes dan postes.
3. Bentuk skala Semantic Defferential. Tes ini biasanya berbentuk metriks, (ke bawah menyatakan perperincian aspek bagian keterampilan yang akan diukur, ke kanan menunjukkan besarnya skor yang dapat dicapai). Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa ranah psikomotor atau apakah siswa telah mencapai komptensi dasar mata pelajaran TIK yang telah ditetapkan dalam mengaplikasikan konsep yang telah diberikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebagai pretes dan postes.
Sedangkan instrument wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran TIK untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar bisa berimbang dengan tes hasil belajar siswa dan tidak terkesan subjektif.

M. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Metode analisis data yang dirasa relevan dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif menggunakan statistik inferensial, yaitu dengan korelasi product moment dan uji-t.
1. Uji validitas
Untuk menguji validitas instrument , terlebih dahulu dihitung harga korelasinya dengan menggunkan rumus Product Moment Pearson, yaitu :
=
Keterangan :
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan
N = banyaknya item
2. Uji reliablitas
Reliabilitas adalah kemampuan suatu alat ukur dalam memberikan hasil yang tetap jika alat ukur tersebut digunakan kembali responden tetap sama, jadi dapat dikatakan sebagai kemampuan dalam memberikan gambaran tentang sesuatu. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus KR20.
= ( )( )
Keterangan :
= realibilitas tes secara keseluruhan
p = proporsi objek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi objek yang menjawab item dengan salah ( q = 1 – p )
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari tes


DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. (1992). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Panduan Pengembangan Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi. [Online]. Tersedia: http://materi-tik-smp.blogspot.com/2008/12/rencana-pelaksanaan-pembelajaran-rpp.html. [26 April 2009]
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan ( Dikmenjur ) Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Program Inovasi Perakitan Komputer Dikmenjur 1 (C400). [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=pemanfaatan+lab+komputer+di+SMK. [1 Desember 2009]
Direktorat Tenaga Kependidikan&Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen pendidikan nasional. (2008). Penulisan Modul. [Online]. Tersedia: http://lpmpjogja.diknas.go.id. [ 14 Januari 2010]
Direktorat Pendidikan Tinggi. (2009). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://www.ditnaga-dikti.org/ditnaga/files/PIP/PKP-1.pdf. [ 11 Februari 2010]
Erlan R, Sandi. 2006. Penggunaan Media Berbasis Cetakan Terhadap Peningkatan Kemampaun Menulis Esai Siswa dalam Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Skripsi Mahasiswa pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia Bandung : tidak diterbitkan.
Info Skripsi. SubDesain Eksperimental. [Online]. Tersedia: http://www.infoskripsi.com/Resource/SubDesain-Eksperimental.html. [ 23 Februari 2010 ]
ISTPI. (2009). Kavling “ Guru TIK dan Pengajarannya Milik Siapa ?. [Online]. Tersedia: www.istpi.wordpress.com. [26 Mei 2009]
Robiyanto. (2009). Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Dengan Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Siswa SMP Dan SMK. [Online]. Tersedia:http://robiyanto-anto.blogspot.com/2009/12/pembelajaran-teknologi-informasi-dan.html. [10 Januari 2010]
Satriadi, Dewanto. (2009). Implikasi Pembelajaran TIK di Sekolah. [Online]. Tersedia : http://seminar.teknodik.net. [ 11 Februari 2010]
Sugiono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Afebeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum & Teknologi Pendidikan FIP UPI.
Satyasa, I Wayan. (2009). Metode Penelitian. [Online]. Tersedia: www.freewebs.com. [ 14 Januari 2010]
UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.
Universitas Terbuka. (2008). Metode Penelitian Komunikasi. [Online]. Tersedia:http://pustaka.ut.ac.id/puslata/online.php?menu=bmpshort_detail2&ID=384. [ 24 Februari 2010 ]

1 komentar:

Powered By Blogger